Friday 26 April 2013

Bernostalgia dengan Jenang Saren/Rempah

Thank you for using rssforward.com! This service has been made possible by all our customers. In order to provide a sustainable, best of the breed RSS to Email experience, we've chosen to keep this as a paid subscription service. If you are satisfied with your free trial, please sign-up today. Subscriptions without a plan would soon be removed. Thank you!
Jenang Saren/Rempah makin sedap saat disantap dalam kondisi hangat dengan kuah santan kental nan gurih.|Foto: Pandu Yoga

Jenang Saren/Rempah makin sedap saat disantap dalam kondisi hangat dengan kuah santan kental nan gurih.|Foto: Pandu Yoga

Mendengar kata saren, pastinya yang terpikir adalah makanan yang terbuat dari gumpalan darah ayam atau sapi yang pastinya membuat kita bergidik. Tapi jangan salah, makanan yang satu ini sama sekali tidak ada hubungannya darah. Ya, Jenang Saren adalah salah satu jenis bubur tradisional yang ditemukan di wilayah Solo dan Jogjakarta. Dan sama seperti jenang lainnya, Jenang Saren terbuat dari tepung ketan dan gula jawa. Nama Saren sendiri diambil karena warna bubur ini hitam legam seperti saren. Warna hitam ini berasal dari bubuk merang (batang padi yang dibakar).

Sayangnya, seiring perkembangan zaman keberadaan Jenang Saren ini makin sulit ditemukan. Bahkan, untuk generasi yang lahir tahun 1980 keatas hanya segelintir yang mengenal jenang ini. Saya termasuk salah satunya. Karena itu, saat menemukan Jenang Merang di Toko Roti Ganep, Tambak Segaran saya langsung penasaran ingin mencicipi seperti apa rasanya.

Dan ternyata rasanya sangat legit apalagi dipadu dengan gurihnya santan kental, menambah kelezatan saat disantap. Selain legit, jenang ini juga terasa hangat ditenggorokan. Maklum saja, dalam pembuatannya, selain menggunakan tepung ketan, merang, serta gula jawa sebagai bahan baku, Jenang Saren juga terbuat dari jahe dan cengkeh. Karena itu, tak heran jika jenang yang satu ini juga dikenal dengan nama Jenang Rempah.

26042013-Pandu-Jenang RempahSulitnya menemukan Jenang Saren/Rempah di pasar tradisional sekalipun diakui pemilik Roti Ganep Generasi ke-5, Cecilia Maria Purnadi. Perempuan yang akrab disapa Oeke ini mengatakan yang membuat pembuat jenang saat ini enggan membuat Jenang Saren, karena sulitnya mencari bubuk merang. Bahkan, untuk membuat Jenang Saren ia harus mendatangkan merang dari Purworejo.

"Di sana saya ketemu dengan pengrajin dawet hitam yang masih menggunakan merang sebagai bahan pewarna cendolnya. Setelah berbincang akhirnya mau memasok bubuk merang sebagai bahan pembuat Jenang Rempah," terangnya.

Di Roti Ganep sendiri Jenang Saren dijual dengan nama Jenang Rempah. Hal tersebut tak lain ditujukan untuk menghindarkan kesan yang tidak baik. Mengingat, bagi masyarakat Jawa, Saren memang identik dengan lauk yang terbuat dari darah ayam atau sapi. Jenang Saren/Rempah sendiri baru akan dijual mulai Senin (29/4/2013) depan dan dijual bergantian dengan jenang lainnya, yang tak kalah langka. Seperti Jenang Garut, Katul, Beras Merah, serta Jenang Singkong.

"Khusus untuk Jenang Rempah kita bandrol dengan harga Rp 5 ribu per cup. Harganya lebih mahal dibanding jenang jenis lain karena memang mencari merangnya yang sulit," ujar Emi Yuniawati, Marketing Manager Roti Ganep.

Wijayanti Putri|@wijayantipoetri

wijayanti 27 Apr, 2013


-
Source: http://www.soloblitz.co.id/2013/04/27/bernostalgia-dengan-jenang-sarenrempah/
--
Manage subscription | Powered by rssforward.com

No comments:

Post a Comment